Blog Fiksi karya Farid Usman. Copy-Paste diperbolehkan, asal harus mencantumkan nama penulis dan link blog. Segala bentuk plagiasi yang diarahkan pada cerita saya, itu di luar tanggung jawab saya.
Sabtu, 20 Agustus 2016
[Cerpen] Aku dan Bendera Merah Putih Itu
Bendera Merah Putih yang selalu dikibarkan setiap HUT Kemerdekaan membuatku semakin semangat untuk mengibarkannya. Karena pada tanggal 17 Agustus, aku akan tampil sebagai pengibar bendera Merah Putih di sekolahku. Namun aku harus berlatih dengan benar, agar penampilanku bisa lebih bagus. Ini adalah pengalaman pertamaku menjadi pengibar bendera merah putih. Nanti, aku ditugaskan di sebelah kanan di mana di samping kiriku adalah pembawa dan pengibar bendera.
--------------------------------
Sehari sebelum tanggal 17 Agustus, aku masih berlatih untuk penampilanku besok. Bahkan sampai malam sekalipun, aku masih tetap latihan. Dan sangking semangatnya aku untuk latihan, aku sampai lupa bahwa aku memiliki cedera lengan saat kecelakaan dulu. Akhirnya, aku lebih memilih untuk beristirahat karena cedera lenganku sudah semakin parah.
Tiba-tiba, pelatihku datang dan menghampiriku yang sedang duduk di dekat lapangan. "Jangan dipaksakan, istirahat saja dulu." Kemudian ia memberiku minuman kaleng. "Ferdi, kalau kamu memang semangat untuk tampil besok, kenapa latihan harus sampai malam gini? Teman-temanmu juga demikian."
"Aku hanya berharap suatu saat nanti aku akan melihat bendera akan tetap berkibar, walau udah 100 tahun merdeka," ujarku polos.
"Kenapa bilang gitu?"
"Karena... aku takut jika bendera Indonesia akan tersingkirkan. Aku ingin memegang bendera merah putih itu. Karena, bendera merah putih itu sama juga demgan janjiku. Aku harus berjanji pada tahun 2045 nanti, aku akan memegang bendera merah putih itu lagi."
"Kenapa kamu harus cinta dengan bendera merah putih?"
"Karena, aku sudah tergolong sebagai cinta tanah air. Jadi aku harus cintai dan hargai bendera Negara kita sendiri."
"Oh, begitu? Baiklah, semangat yah, Ferdi. Besok harus tampil maksimal, jangan kecewain Bapak. Oke?"
"Oke, Pak. Mengerti."
------------------------------
Setelah seharian latihan, akhirnya tanggal 17 Agustus, aku tampil sebagai pengibar bendera merah putih. Dengan memakai baju putih paskibra, aku siap untuk penampilanku. Pada upacara yang dilaksanakan di sekolahku, aku tampil sebagai pengibar bendera merah putih yang tugasnya adalah mendirikan bendera merah putih. Dengan cekatan, aku berjalan beriringan menuju tiang bendera. Aku tak boleh sia-siakan momen bersejarah ini, walau cedera lenganku sudah semakin parah.
Pelatihku yang terus melihatku, agak cemas padaku apakah nantinya aku akan pingsan karena cedera lenganku ini? Pelatih terus memegang tangannya seraya gugup. Aku tetap berjalan menghentakkan kakiku beriringan menuju tiang bendera, dan aku pun sampai di tiang bendera. Dan proses pemasangan bendera pun dimulai. Aku dan teman-temanku berusaha untuk memasang bendera dan tak boleh sembarangan kalau memasangnya, karena bendera merah putih memiliki nilai yang tinggi bagi Rakyat Indonesia.
Setelah kurang lebih satu menit memasang bendera, akhirnya bendera pun kunaikkan.
"Bendera siap!!" ucapku dengan lantang saat kukibarkan bendera merah putih.
Setelah pemimpin upacara disuruh semua yang hadir untuk hormat, akhirnya kami pun menaikkan bendera merah putih hingga sampai di puncaknya. Di saat paduan suara menyanyikan lagu Indonesia Raya, aku hanya tinggal fokus menaikkan bendera merah putih lewat tali biru yang menghubungkan tiang bendera. Lalu setelah lagu Indonesia Raya selesai dikumandangkan dan bendera sudah kami naikkan, kami pun mundur dua langkah dan seraya berhormat pada Sang Saka Merah Putih. Lalu kami kembali menghentakkan kaki kami untuk kembali ke posisi masing-masing.
Jujur sebenarnya aku sangat kesakitan di bagian lenganku, tapi aku tak berniat minta izin untuk istirahat karena masih banyak rangkaian acara dalam upacara ini. Jadi aku tetap diam sejenak bersama teman-temanku yang bertugas sebagai pengibar bendera, walau sakit mendera lenganku.
-------------------------------------------
Dan setelah acara selesai, aku langsung membeli air minum di kantin sekolahku seraya kembali memegang lenganku. Dan aku kelupaan, jika setelah upacara, semua murid di sekolahku akan membuat kapsul waktu yang akan dibuka pada tahun 2045 nanti. Namun aku belum sanggup ke lapangan, karena lenganku masih sakit.
Tak berapa lama setelah aku duduk di kursi kantin, pak pelatih langsung menghampiriku dan memijat lenganku yang sakit.
"Oh? Pelatih?" ujarku sedikit kaget.
"Kenapa lenganmu belum diobati juga?"
"Saya tak punya waktu, Pak."
"Untung aja kamu tidak kenapa-kenapa waktu upacara tadi, kamu memang anak yang kuat yah, Ferdi." Pak Pelatih memujiku sambil tersenyum.
"Begini memang laki-laki, bertahan dari rasa sakit. Walau tadi sebenarnya, sakitnya juga minta ampun."
"Hahahaha." Pak pelatih tertawa mendengar pernyataanku. "Oh ya, kamu tidak ke lapangan? Semua murid sudah memasukkan permohonannya."
"Tapi, lenganku..."
"Tak apa, nanti Bapak akan membawamu ke rumah sakit setelah pulang sekolah. Bapak janji."
"Sungguh?"
"Iya, Bapak bersungguh-sungguh. Bapak cuma kasihan melihatmu memegang lenganmu terus, jadi Bapak akan baik hati membawamu ke rumah sakit." Setelah mengucapkan itu, pak pelatih mengeluarkan sebuah kertas dan pulpen lalu beliau memberikannya padaku. "Ini, tulislah permohonanmu. Lalu masukkan ke kotak yang tersedia di lapangan sekolah."
"Baik, Pak. Saya akan tulis."
Lalu aku menulis permohonanku di atas kertas sambil menutupinya dengan tanganku agar tidak ada yang melihat permohonanku, bahkan pak pelatih sekalipun.
-----------------------------------------
Setelah menulis permohonan, aku yang masih pakai baju paskibra langsung memasukkan permohonanku di dalam kotak kapsul waktu yang rencana akan dibuka pada tahun 2045, di mana tahun itu adalah HUT RI yang ke 100 tahun.
"Semoga impianku terwujud," gumamku senang.
Setelah memasukkan permohonan di kotak kapsul waktu, aku pun mengikuti lomba kemerdekaan hanya sekadar seru-seruan.
-----------------------------------------
Sebenarnya aku tidak ingin membocorkan permohonanku, tapi aku akan tulis kembali permohonanku di atas kertas agar bisa diingat.
Isi dari permohonanku adalah:
"SEMOGA DI TAHUN 2045, AKU BISA KEMBALI MEMEGANG BENDERA MERAH PUTIH, WALAU HALANGAN MENGHADAPI. KARENA AKU CINTA BENDERA MERAH PUTIH DAN CINTA NEGARA INDONESIA."
- Makassar, 16 Agustus 2016
-----------------------------------------
Karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Bulan Kemerdekaan RTC
Pertama kali ditayangkan di kompasiana.com (http://fiksiana.kompasiana.com/faridusman94/bulan-kemerdekaan-rtc-aku-dan-bendera-merah-putih-itu_57b2e8b3ce92732c1202f276)
Langganan:
Postingan (Atom)